Mungkin kata-kata itulah yang mengisi kepala dari pencari nafkah berbagai profesi di kotaku.kota daeng makassar tepatnya sepanjang pelataran pantai losari.Ya...ironis memang tapi itulah faktanya,berbagai profesi ditekuni baik dewasa,wanita,orang tua maupun anak-anak untuk menyambung hidup mereka yang malang.Ada yang berprofesi sebagai penjual pisang epe,penjual minuman dingin keliling,penjual kacang,sampai pada pengamen dan pengemis.
Saya tidak tahu apakah ini memang warna sebuah kota metropolitan atau karena akibat dari kegagalan pemerintah yang hanya sibuk mengurusi sebuah urusan yang tak pernah usai sampai tertelan waktu? Entahlah...tapi sepertinya dikota2 lain dibrbagai negara mungkin tak seperti ini.semoga saja....saya juga tidak bisa memastikan karena saya sendiri belum pernah ke negara lain.
Jika bola raksasa sudah menghampiri barat, maka bermuncullah mereka-mereka satu persatu dengan kesibukan masing-masing.semua berlomba-lomba mengumpulkan sepeser demi sepeser.Ada kucuran keringat,air mata,kesedihan,sakit dan perih tapi jangan salah dibalik semua itu tetap ada canda dan tawa atau bahagia dan kemenangan.Mungkin saja mereka pernah berpikir untuk menjadi seperti orang-orang yang membeli jajanan mereka atau atau orang yang memberi mereka sedekah tapi sekali lagi mereka harus terbangun dari mimpi karena sepeser rupiah yang memanggil.
Terlihat keindahan alam laut yang mempesona berhiaskan biasan cahaya matahari yang akan kembali keperaduan ditambah dengan sejuknya anging mamiri yang perlahan menyapamu dengan lembut.membuatmu tak ingin beranjak sedikitpun dari sana.tapi jika pengamen dan pengemis sudah berdatangan mungkin ada yang merasa terganggu.apalagi kalau harus meminta dengan sedikit paksa.ya..ini dia masalahnya...mereka itu butuh makan.dan hanya penikmat keindahan tadilah yang bisa membri mereka sesuap nasi itu karena pemerintah seakan menutup mata dengan nasib rakyatnya...jadi jangan pernah merasa terganggu dan sisikanlah se-sen untuk hidup mereka..!!!