assalamu alaikum
welcome to irsanjufri's blogs
selamat mengenal saya lewat tulisan-tulisan saya...!

Selasa, 12 Juli 2011

speleologi

SPELEOLOGI
Speleologi secara morfologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : Spalion = Gua dan Logos = ilmu. Jadi secara harfiah diterjemahkan ilmu yang mempelajari tentang gua, tetapi karena perkembangan speleologi itu sendiri, speleologi juga mempelajari tentang lingkungan di sekitar gua.



LAHIRNYA ILMU SPELEOLOGI
         Di Eropa Ilmu Speleologi sudah berkembang sejak abad – 19.
         Di Indonesia Ilmu Speleologi baru dikenal sejak tahun 1979.
Bapak Speleologi Dunia Adalah Eduard Alfred Martel, Penelusur Gua dari Prancis yang melakukan observasi, mencatat dan menganalisa segala fenomena bawah tanah di Prancis dan Negara – Negara Tetangga.
SEJARAH PENELUSURAN GUA
Tidak ada catatan resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalan-peninggalan berupa sisa-sisa makanan, tulang belulang, dan juga lukisan-lukisan yang dapat disimpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua sejak puluhan tahun silam yang tersebar dibenua Eropa, afrika, dan Amerika.
Menurut catatan yang ada, penulusuran gua dimulai oleh JOHN BEAUMOUNT, ahli bedah dari Somerest, England (1674). Ia ahli tambang dan Geologi amatir, tercatat orang pertama yang menulusuri gua sumuran (Potholing) sedalam 20 meter dan menemukan ruangan sebesar 80 meter serta ketinggian plafon 10 meter, dengan menggunakan penerangan lilin. Menurut catatan, Beamount merangkak sejauh seratus meter dan menemukan jurang (Internal Pitch). Ia mengikat tambang pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. Ia melaporkan penemuan ini pada Royal Socioty, Lembaga Pengetahuan Inggris orang yang paling berjasa mendiskripsikan gua-gua antara tahun 1670-1680 adalah BARON JOHAN SALSAVOR dari Selvenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta sketsa, dan melahirkan empat buku setebal 2800 halaman.
Joseph Nagel, pada tahun 1747 mendapat tugas dari istana untuk memetakansistem perguaan di Kerajaan Astro-Hongaria. Sedangkan wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Francis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bernama gua Postojna) terletak di Yugoslavia. Kemudian wiraswastawan Josip Jersinovic mengembangkannya sebagai tempat wisata dengan memudahkan tempat itu dapat dicapai. Diberi penerang dan pengunjung dikenai biaya masuk. New York Times pada tahun 1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak hanya untuk mencari keuntungan.
Stephen Bishop pemandu wisata yang paling berjasa, ia budak belian yang dipekerjakan oleh Franklin Gorin seorang pengacara yang membeli tanah disekitar gua Mammoth, Kentucky Amerika Serikat pada tahun 1838. dan kini gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia.
Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua – gua. Baik gua sebagai tempat pemujaan, sesaji maupun bertapa. Namun semuanya memiliki nilai budaya, legenda, mistik, dan kepercayaan sesuatu terhadap gua perlulah didokumentasikan dan dihargai sebagai potensi budaya bangsa. Maka Antropologi  juga merupakan bagian Speleologi.

Perkembangan Speleologi di Indonesia
Di Indonesia speleologi relatif tergolong suatu ilmu yang baru. Dalam hal ini masih sedikitnya ahli – ahli speleologi maupun pendidikan formal tentang speleologi. Speleologi baru berkembang sekitar tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club yang bernama “SPECAVINA”, yang didirikan oleh NORMAN EDWIN (alm) dan RKT KO
Namun karena adanya perbedaan prinsip dari keduanya maka terpecah, dan mereka masing – masing mendirikan perhimpunan :

1.      Norman Edwin (alm) mendirikan klub yang diberi nama “GARBA BUMI”,
2.      RKT KO mendirikan Hikespi pada tahun 1983

ETIKA PENELUSURAN GUA
Penelusuran gua dilarang:
Mengambil sesuatu – kecuali mengambil foto.
Meninggalkan sesuatu – kecuali meninggalkan jejak kaki.
Membunuh sesuatu – kecuali membunuh waktu.

KEWAJIBAN PENELUSUR GUA
Senantiasa memperhatikan keadaan cuaca. Tidak memasuki gua yang mudah kebanjiran pada musim hujan.
Senantiasa menyadari, bahwa kegiatan penelusuran gua bukan merupakan hak, tetapi wajib dianggap sebagai suatu anugrah, rahmat, karunia dan berkah (privilege)
Memilih sebagai tujuan utama penelusuran gua: koservasi (pencagaran) gua dan lingkungannya. Karenanya wajib menjaga kebersihan gua dan lingkungannya.
Wajib memberi pertolongan sesuai dengan batas kemampuan, bila ada penelusur gua dari rombongan lain yang membutuhkannya.
Bertindak sopan dan tidak menggangu ketenteraman penduduk didekat lokasi system perguaan. Tidak boleh menyinggung perasaan mereka.
Mengikuti secara patuh dan seksama semua prosedur perizinan yang dipersyaratkan dan memberi laporan kepada pemberi izin.
Wajib memberitahukan kepada sesama penelusur, bila dijumpai bagian – bagian yang berbahaya dalam gua tertentu.
Bila mengalami suatu muzibah, maka hal itu tidak boleh dirahasikan. Wajib dilaporkan kepada penduduk dan pemerintahan daerah setempat, kepada pengawas dan pengelola wilayah tersebut dan semua penggiat penelusur gua yang dikenal, untuk disebarluaskan, agar jangan sampai muzibah tersebut terulang kembali.
Bila ada rencana menelusuri gua, wajib memberitahukan kepada keluarga, rekan atau sesama anggota perkumpulan, penduduk dan kepala desa terdekat data sebagai berikut:
      1. Maksud dan tujuan menelusuri gua, rencana waktu masuk, rencana waktu keluar, daftar nama penelusur lengkap alamat dan nomor telepon.
      2. Bila sampai terjadi muzibah, atau belum keluar pada waktu yang sudah ditentukan, siapa yang harus dihubungi dan dengan cara apa.
      3. Wajib memilih dan patuh kepada pemimpin penelusur gua yang kompeten, berwibawa dan sudah berpengalaman. Khususnya dalam menentukan kesiapan mental, fisik dan derajat ketrampilan penelusuran gua, yang wajib disesuaikan dengan derajat kesulitan gua.
Wajib mempelajari semua acuan yang dibutuhkan sebelum memasuki gua: peta geologi, peta topografi, keadaan iklim, khususnya curah hujan, peta-peta gua yang ada, literatur terkait, menghubungi nara sumber, mengumpulkan dan menganalisa informasi penduduk setempat atau jurukunci perihal gua tersebut.
Wajib mempersiapkan diri secara fisik, mental dan ketrampilan menggunakan semua alat atau perlengkapan yang harus tersedia secara lengkap, sesuai kebutuhkan.

BAHAYA PENELUSURAN GUA
Kecelakaan yang terjadi di dalam gua bisanyha disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu :
1. FAKTOR MANUSIA
Dalam kondisi gua yang sangat gelap, terkadang penelusur gua melakukan kesalahan seperti :
CEROBOH
       Kurang persiapan (fisik, perlengkapan)
       Terpleset (melompat, lelah)
       Memilih pijakan labil
       Kepala terantuk batu
      Merubah formasi gua
TERSESAT
       Kurang pengamatan pada waktu masuk
       Sumber cahaya habis
       Gua labirin dan bertingkat Terlalu lelah
TENGGELAM
       Tidak dapat berenang
       Dapat berenang tapi semberono
       Banjir atau pusaran
GIGITAN BINATANG BERBISA
       Di mulut gua
       Di dalam gua
       Di dalam perjalanan
KEKURANGAN CAIRAN
       Haus yang berlebihan
       Gua yang pengap  Udara tidak mengalir
TANAMAN DI LUAR GUA
       Beracun
       Berduri
KEDINGINAN
       Sungai bawah tanah
       Angin
       Tidak membawa pakaian yang memadai Kurang kalori
SALAH DALAM PEMBAGIAN TIM
       Tidak sesuai kemampuan
       Pembagian beban tidak merata

2. FAKTOR PERALATAN
Peralatan adalah faktor yang utama dalam melakukan penelusuran, teutama pada gua vertikal. Faktorkecelakaan yang disebabkan oleh peralatan adalah:
      Berkurangnya kualitas peralatan
       Salah dalam pemasangan pengaman
       Beban berlebihan
       Penggunaan alat tidak semestinya
3.      FAKTOR GUA
Faktor ini sangatlah susah untuk di hindari, karena disebsbkan oleh alam seperti:

RERUNTUHAN ATAP, DINDING
       Gempa bumi
       Umur gua
       Manusia
GAS BERACUN
       Kekurangan O2
       Gas CO2 dan CO
 Nitro ( NO dan NO2
PENYAKIT AKIBAT VIRUS
       Histoplasmosis
       Rubles mulu feet
       Keracunan bahan pencemaran air

PENELUSURAN GUA HORISONTAL
Teknik Penelusuran Gua Horisontal
Dalam lintasan horizontal, penelusur biasanya membawa perlengkapan personal dan barang mereka dalam tas caving kecil. Paling mudah, serta cara paling efektif dan dengan dampak minimal terhadap gua dalam lintasan jalan adalah dengan mengikuti jalan yang sama dengan jalan yang dilewati oleh anggota team di depan, dengan hati-hati menghindari area sensitive (flowstone, stalactites, stalagmites, rimstone, dsb). Jalan dengan santai dan hindari perubahan kemiringan yang tidak perlu-meskipun ini ditempuh dengan jarak yang lebih jauh. Ini akan menghemat tenaga. Perhatikan pandangan di depan untuk membantu menaruh pijakan kaki.

Jika ada anggota tim yang tertinggal di belakang, leader harus memperlambat jalannya. Jika anggota yang paling lambat berhenti, leader harus berhenti dan tidak melanjutkan jalannya seketika saat anggota paling belakang sampai padanya, ini akan memberi waktu istirahat pada anggota team yang lain.
Beri waktu istirahat secara berkala, hal ini untuk memberikan tubuh kita waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan gua. Kondisi gua yang lembab dan wearpack yang menangkap penguapan tubuh melalui keringat yang menghalangi mekanisme pendinginan tubuh dan membuat kita menjadi basah. Untuk mencegah hal ini, buka bagian atas wearpack ketika melewati lintasan kering.
Lintasan merayap
Tergantung pada bawaannya, penelusur dapat membawa tasnya dalam posisi : Kita dapat memperkecil kelelahan dengan memvariasikan gerakan saat berjalan.

















Canyons Dan Meanders
Lintasan canyons tinggi, lintasan sempit  berkelok-kelok yang terkadang membutuhkan tenaga extra saat
menelusurinya




















Duck Walking Dan Merayap            
Pada lintasan rendah
















Oposisi : Chimneys & Traverses
















Down Climbing









Dasar Pemetaan Gua
I.              Pendahuluan
Definisi Peta
-   Suatu gambaran proyeksi 2 (dua) dimensi dengan skala lebih kecil dari suatu bidang 3 dimensi yang mempunyai batas-batas tertentu
-   Suatu gambaran proyeksi dengan skala lebih kecil dari medan sebenarnya.
Manfaat Peta Gua
-   Merupakan bukti otentik bagi penelusuran gua, sebagai team / penelusur pertama yang menelusuri gua tersebut.
-   Membantu para ahli dalam mempelajari Biospeleologi, Hidrologi, ataupun ilmu yang terkait dalam speleologi.
-   Untuk mencari korelasi korelasi system perguaan dengan gua-gua di sekitarnya.
-   Kepentingan Hankamnas
-   Pariswisata untuk memudahkan dalam menentukan prencanaan dalam pengembangan gua sebagai objek wisata
-   Sebagai data / rekaman keadaan gua pada saat itu (biasanya disertai dengan foto)
II.            Peralatan Yang Digunakan
1.        Kompas
Mengetahui atau mengukur derajat perbedaan antar lorong terhadap arah sumbu utara magnetis
2.        Pita ukur
Untuk grade 5 dan atasnya,pita ukur yang digunakan adalah yang terbuat dari bahan fiber, panjang maksimum 30 meter, ketelitian yang didapat sampai satuan sentimeter
3.        Klinometer
Mengukur sudut kemiringan terhadap bidang datar dengan satuan derajat
4.        Catatan Lembar Kerja (worksheet)
Dipergunakan untuk mencatat data yang diambil selama survey. Diusahakan yang terbuat dari bahan tahan air
5.        ATK
Digunakan untuk mencatat data hasil survey
III.           Standard Grade (Tingkatan) Dan Klassifikasi Peta Gua
            Peta gua yang dibuat memiliki tingkatan sesuai derajat ketilitian saat survey dilaksanakan. Oleh British Cave Research Association (BCRA)dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan ditambah satu tingkatan khusus. Adapun pembagian tingkatan tersebut :
1.      Grade 1
Gambar / sket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di luar gua dengan dasar ingatan dari si pembuat peta terhadap lorong-lorong yang digambar.
2.      Grade 2
Gambar / sket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di dalam gua tanpa alat ukur apapun, hanya atas dasar perkiraan.
3.      Grade 3
Sket yang digambar di dalam gua dengan bantuan kompas, tali ukur yang ditandai tiap meternya,  memiliki ketelirtian pengukuran satuan 25 cm per 5 meter, dilakukan jika waktu sangat terbatas, penggunaan klinometer sangat dianjurkan
4.      Grade 4
Pengukuran telah menggunakan kompas, klinometer serta meteran dari bahan kain.
5.      Grade 5
Pengukuran dengan kompas prismatic, klinometer, pita  ukur fiberglass, dengan toleransi kesalahan pengukuran jarak adalah < 10 cm dan + 1o
6.      Grade 6
Pada dasarnya sama dengan grade 5, tetapi kompas dan klinometernya diletakkan pada tripod sehingga tida/ akan bergerak sewaktu akan dilakukan pengukuran.
7.      Grade X
Menggunakan peralatan teodolit serta pita ukur metalik
         Selain membuat tingkat ketelitian (grade) peta gua, BCRA juga membuat klassifikasi perincian survey yaitu
            Class A         
            Semua detail dibuat di luar gua atas dasar ingatan
            Class B         
            Detail lorong diestimasi dan dicatat di dalam  gua
            Class C
            Detail diukur pada tiap station survey
            Class D
Detail diukur pada station survey dan antar station survey

IV.          Survei Dan Pengambilan Data
1.      Metode dan Arah survey
Ada dua metode survey, yaitu:
a.        Forward Method

Dimana pembaca alat dan pencatat data pada station pertama, sedang target pada station kedua. Setelah pembacaan selesai pembaca dan pencatat data berpindah ke station kedua, target pindah ke station ketiga. Dan seterusnya sampai station terakhir.


b.        Leapfrog Method
Pembaca alat dan pencatat data pada station kedua, target pada station pertama. Setelah pembacaan selesai, target pindah ke station ketiga, dilakukan pembacaan. Setelah selesai pembaca dan pencatat pindah ke station keempat. Setelah selesai target1pindah ke station kelima, pembacaan dilakukan dan seterusnya



            Arah survey ada 2 (dua) yaitu :
- Top to Bottom
Pengukuran dimulai di mulut gua (entrance) sampai ujung lorong / dasar gua atau sampai terakhir.
- Bottom to Top
Pengukurran dari ujung lorong / dasar gua sampai entrance jadi kebalikan dari system pertama

2.    Penentuan Station
Dasar pertimbangan yang dapat dipergunakan untuk menentukan suatu station survey yaitu:
a.            Pertimbangan arah
b.            Perubahan ekstrim bentuk lorong
c.            Batas pengukuran (30 m)
d.            Perubahan elevasi lorong )pitch, climb)
e.            Temuan penting (biota, ornament khusus, litoogi khusus, dsb.)
3.    Organisasi Team Survey
Idealnya dalam satu team survey pemetaan gua terdiri dari 5 (lima) orang dengan pembagiann tugas sebagai berikut :
-      Orang Kesatu           :     Sebagai pembaca alat (membawa klinometer, kompas, dan meteran)
-      Orang Kedua            :     Sebagai pencatat data pengukuran
-      Orang Ketiga            :     Sebagai descriptor / menggambar bentuk lorong
-      Orang Keempat        :     Sebagai target pengukuran, membawa ujung meteran. Tinggi badan 0rang pertama dan orang keempat ini diusahakan sama, dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran sudut elevaasi (kemiringan lantai)
-      Orang Kelima           :   Sebagai leader, penentu titik station maupun sebagai pemasang lintasan pada pengukuran gua vertikal
4.    Data Yang direkam
Worksheet Survey
Perhitungan hasil survey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar